Sabtu, Mei 14, 2022

Pelatihan Sistem Jaminan Produk Halal (LPPOM - MUI) Kalimantan Utara 2022

Assalamualaikum wr wb. di infokan berkenaan dgn persyaratan pengusulan dokumen halal. LPPOM Kaltara melaksanakan pelatihan sistem halal akan dilaksanakan selasa depan 17 Mei 2022 di kantor MPP Kota Tarakan (depan pom bensin mulawarman). di lantai 2 pada jam 8.30-16.00 WITE.

Kesempatan IKM berpartisipasi dan langsung praktek penyusunan dokumen SJPH - BPJPH 2022.



Jumat, Mei 28, 2021

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1442 H

MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

🙏🙏🙏😊👳 



Kamis, April 23, 2020

Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan (parasite and fish disease)

MyRia Publisher
ISBN. 976-602-53663-0-7
Jimmy Cahyadi, Gloria Ikan Satriani, Ery Gusman, Encik Weliyadi

Jumat, Agustus 31, 2018

Senin, Agustus 27, 2018

Semnaskan FPIK UNDANA, Kupang 14 Oktober 2017 (Proceedings ISBN 978-602-96671-0-3)

ETANOL EXTRACTION OF Sonneratia alba’s 
FRUIT FOR INHIBITING Vibrio harveyii IN VITRO
Gloria Ika Satriani, Jimmy Cahyadi, Ery Gusman, Eka Nur Juliana 1)
1)Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautaUniversitas Borneo Tarakan emaijim.borneo@gmail.com. ; gloria.ubt@gmail.com

 Pedada or Sonneratia sp. mangrove plant is commonly found on the A2 zone which has submerged tidal area 10-19 times per month, the area closest to the sea, and grow on muddy substrate in rich organic matter with the root system of this vegetation has formed by crabbed (pneumatofora for breathing). Sonneratia types most common in coastal areas Tarakan Island is S. alba and S. caseolaris which has similar but differentiated by coloring of flowers petals where are white flowers to S.alba and red to S.caseolaris. S.alba is being fruitfull all the time and not depend of season, so it has the potential to be exploited but until now not yet optimal utilization of this fruit. This study aims to utilize of fruit extract S.alba as an antibacterial for vibriosis disease in black tiger shrimp fry (P.monodon). The extraction was done in FPIK UBT Environment Laboratory with 100% ethanol (pa) which comparison of simplisia: ethanol = 1: 2 during the following hours filtrate 3x24 maceration result processed by used the rotary evaporator temperature 40-50C during 1,5-2 hours. Crude drug used in this study a whole fruit S.alba (rind, flesh, and seeds). Concentrating the extraction is done by oven at a temperature of 60C to obtain a thick paste extract S.alba. The test results showed  a  thicpaste phytochemical extracts  S.alba  100% ethanol solvent  contains  of alkaloids, flavonoids, triterpenoids, carbohydrates, carotenoids, coumarin, and tannins. The results of antibacterial tests showed Vibrio harveyii extract inhibited at all concentrations S.alba ethanol.

Keywords: S.alba, V.harveyii, phytochemicals

https://drive.google.com/open?id=1dOpQlup7XTvMx-vNuaszeeFVVyWkcTvf https://drive.google.com/open?id=1dOpQlup7XTvMx-vNuaszeeFVVyWkcTvf

Minggu, Agustus 26, 2018

Seminar Nasional SALING DIDIK 4 (Prosiding Volume 2 Tahun 2017) ISSN:2548-9615



UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL Sonneratia alba
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) PADA Artemia salina
  Jimmy Cahyadi; Gloria Ika Satriani; Ery Gusman1)
1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Borneo Tarakan


 Abstrack
  
Sonneratia alba can bear fruit all the time on the coast of North Borneo and especially the city of Tarakan. This coastal mangrove plant has not seasoning fruitfully that could potentially be used but until now not been optimal utilization fruit in nutrient enrichment on Artemia salina as natural feed (bioenrichment) for fry tiger shrimp (Penaeus monodon).This study aims to determine the toxicity of ethanol extract of Sonneratia alba through the method of brine shrimp lethality test (BSLT) which uses a nauplii Artemia salina  ethanol extract Sonneratia alba is known to have an active compound content in the form of alkaloids, flavonoids, triterpenoids, carbohydrates, carotenoids, tannins, and coumarin. Also, based on the test on selective media TCBSA (Thiosulphate Citrate Bile Salt Sucrose Agar) through a paper disc diffusion technique on the growth of bacteria Vibrio harveyii capable of producing inhibitory characterized by the formation of a clear zone diameter of 2.50 ± 0.31 cm at a concentration of 2% , BSLT testing to obtain the LC50 value of the ethanol extract S.alba of the survival  of nauplii A. salina using ethanol extract concentration difference S.alba as a treatment that is 0 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm and 25 ppm. Test bottles that had contained the ethanol extract test concentrations S.alba,nauplii A.salina, and solvent sea water is stored in a fairly light and oxygen for 24 hours; After 24 hours, counted the number of nauplii A.salina dead. At the ethanol extract treatment S.alba BSLT testing shows the results of LC50 of 10.2 ppm (10 ppm optimal treatment) with a value of probit R2 = 0.84 expressed by regression Y = 2.7741 X + 2.2022.
  
Keywords: Soneratia alba, Artemia salina, toxicity, BSLT


https://drive.google.com/open?id=1IpOXQ2Ci_agUBoWpPtAC4QghCCaTG8wm https://drive.google.com/open?id=1IpOXQ2Ci_agUBoWpPtAC4QghCCaTG8wm

Jumat, Agustus 05, 2016

Lokasi Penelitian Aliran Sungai Kota Tarakan bagi Budidaya Air Tawar 2015

Amanah yang diberikan kerjasama dengan DKP Pemerintah Kota Tarakan dalam Program Kajian Penelitian Aliran Sungai Kota Tarakan Bagi pengembangan potensi kolam budidaya air tawar berbasis ekologi dan geografi tahun 2015.file:///C:/Users/user/Downloads/155-Article%20Text-451-1-10-20180109.pdf

Sabtu, Desember 06, 2008

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

(Penaeus monodon F) DI HATCHERY KOTA TARAKAN

Jimmy Cahyadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat karakterisasi bakteri vibrio sp pada benur udang windu (Penaeus monodon F) di hatchery Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil pada 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil sebanyak 1 % pada setiap fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva benur udang windu. Pengamatan penelitian dibagi menjadi dua yaitu di Lapangan meliputi Pengamatan Gejala klinis Pengamatan Patologi Anatomi Isolasi Bakteri dan di Laboratorium meliputi Isolasi, pewarnaan, kultivasi, dan beberapa uji lanjutan karakterisasi

Hasil Penelitian menunjukan tidak ditemukan karakter jenis bakteri Vibrio sp pada fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva udang windu (Penaeus monodon F) di 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan.

Kata Kunci : Karakterisasi, Bakteri Vibrio sp, Udang Windu

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

(Penaeus monodon F) DI HATCHERY KOTA TARAKAN

Jimmy Cahyadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat karakterisasi bakteri vibrio sp pada benur udang windu (Penaeus monodon F) di hatchery Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil pada 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil sebanyak 1 % pada setiap fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva benur udang windu. Pengamatan penelitian dibagi menjadi dua yaitu di Lapangan meliputi Pengamatan Gejala klinis Pengamatan Patologi Anatomi Isolasi Bakteri dan di Laboratorium meliputi Isolasi, pewarnaan, kultivasi, dan beberapa uji lanjutan karakterisasi

Hasil Penelitian menunjukan tidak ditemukan karakter jenis bakteri Vibrio sp pada fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva udang windu (Penaeus monodon F) di 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan.

Kata Kunci : Karakterisasi, Bakteri Vibrio sp, Udang Windu

Daftar Link


DISTRIBUSI TAMBAK KOTA TARAKAN

BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT-TM

(The Distribution of Rearing Pond District Tarakan Intepretation Based Citra landsat-TM)

JIMMY CAHYADI

Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo

Jl. Amal Lama No.1, Gedung E, Kota Tarakan, Kaltim. Telp (0551) 5507023

Email : jimmy_lova2006@yahoo.com

jim.borneo@gmail.com

Pulau Tarakan yang menurut geografis terletak antara 3o14’ - 3o25’ Lintang Utara dan 117o38’ Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai 657,33 km2 yang terdiri dari daratan seluas 250,80 km2 (38,15%) dan lautan seluas 406,53 km2 (61,85%). Sedangkan menurut administrasi Pulau Tarakan terletak di bagian utara Kalimantan Timur yang berdekatan dengan Negara Malaysia, Brunei, dan Philipina.

Kondisi tersebut di atas menjadikan Kota Tarakan memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis baik dalam lingkup propinsi, nasional, maupun internasional. Kondisi ini pulalah yang menjadikan Kota Tarakan menjadi kota tumpuan harapan dan menjadi sasaran menimba rezeki bagi para pendatang. Suburnya pertumbuhan ekonomi Tarakan juga mempengaruhi lingkungan dan ekosistem sebagai penopang ketersediaan sumberdaya alam, khususnya pemanfaatan lahan yang semakin tidak menyisakan ruang gerak bagi ekosistem untuk dapat merehabilitasi dirinya. Konversi lahan yang paling menyolok ialah perubahan pemanfaatan lahan hutan mangrove menjadi lahan tambak, hingga pada saat ini nampak fenomena dimana tambak yang kurang produktif diubah menjadi lahan permukiman atau industri.

Masalah tersebut harus menjadi kajian utama dan prioritas dalam strategi pengelolaan wilayah pesisir, dimana apabila masalah tersebut dibiarkan atau dikelola dengan tidak bijaksana, maka bukan mustahil kekayaan hayati yang dulunya menjadi suatu kebanggaan akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak cucu kita nantinya.

Hingga saat ini, penambahan luas lahan tambak dengan mengkonversi lahan mangrove sudah pada tingkat yang sangat kritis, dimana perbandingan antara luas lahan tambak yang dibuka dengan lahan mangrove yang tersisa sangat jauh. Hal ini diperparah dengan semakin besarnya pula kebutuhan lahan permukiman penduduk. Pertambahan jumlah penduduk dengan permukimannya secara otomatis juga menambah beban pada lingkungan, khususnya buangan limbah domestik.

Kondisi yang telah berada pada titik kritis ini tentu saja memerlukan penanganan dan pengelolaan yang tepat, dimana dengan pengelolaan dan manajemen yang tepat, maka akan menambah umur dari kesuburan lingkungan, khususnya Pulau Tarakan. Pengelolaan yang dimaksud adalah tata letak penggunaan lahan (land use) yang tepat dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, budaya local, serta tinjauan ekologis yang berkelanjutan.

Strategis pengelolaan wilayah pesisir haruslah meliputi langkah-langkah yang tersistematika dengan baik, dimana sebagai langkah awal yang harus dilakukan ialah dengan menginventarisir luasan dan sebaran tambak yang telah ada sekarang, kemudian selanjutnya ditentukan bentuk penanganan dan pengolahan lahan yang terbaik berdasarkan kaidah-kaidah konservasi dan kontinuitas.

Namun yang menjadi kendala dalam upaya inventarisir tambak secara manual ialah waktu yang lama dibutuhkan dalam menghitung luasan serta akurasi distribusi tambak yang kurang tepat. Kendala ini diperparah dengan banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk menangani kegiatan inventarisir tersebut.

Teknologi alternative penginderaan jauh (remote sensing) mampu meminimalisir kendala tersebut di atas. Dengan langkah interpretasi citra yang menampilkan warna semu sebagai refleksi dari fenomena alam yang ditangkap, maka distribusi tambak tersebut dapat ditentukan dan digambarkan dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh optik seperti citra satelit landsat TM sangat menunjang kegiatan ini. Obyek tambak dengan pola khusus serta kandungan substrat lumpur yang khas memberikan kenampakan pada citra yang sangat kontras, spesifik, dan mudah dikenali serta mudah dibedakan dengan obyek hutan mangrove, darat maupun obyek-obyek liputan lahan yang lain.