Sabtu, Desember 06, 2008

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

(Penaeus monodon F) DI HATCHERY KOTA TARAKAN

Jimmy Cahyadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat karakterisasi bakteri vibrio sp pada benur udang windu (Penaeus monodon F) di hatchery Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil pada 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil sebanyak 1 % pada setiap fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva benur udang windu. Pengamatan penelitian dibagi menjadi dua yaitu di Lapangan meliputi Pengamatan Gejala klinis Pengamatan Patologi Anatomi Isolasi Bakteri dan di Laboratorium meliputi Isolasi, pewarnaan, kultivasi, dan beberapa uji lanjutan karakterisasi

Hasil Penelitian menunjukan tidak ditemukan karakter jenis bakteri Vibrio sp pada fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva udang windu (Penaeus monodon F) di 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan.

Kata Kunci : Karakterisasi, Bakteri Vibrio sp, Udang Windu

KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio sp PADA BENUR UDANG WINDU

(Penaeus monodon F) DI HATCHERY KOTA TARAKAN

Jimmy Cahyadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat karakterisasi bakteri vibrio sp pada benur udang windu (Penaeus monodon F) di hatchery Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil pada 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan. Sampel penelitian diambil sebanyak 1 % pada setiap fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva benur udang windu. Pengamatan penelitian dibagi menjadi dua yaitu di Lapangan meliputi Pengamatan Gejala klinis Pengamatan Patologi Anatomi Isolasi Bakteri dan di Laboratorium meliputi Isolasi, pewarnaan, kultivasi, dan beberapa uji lanjutan karakterisasi

Hasil Penelitian menunjukan tidak ditemukan karakter jenis bakteri Vibrio sp pada fase Naupli, Zoea, Mysis, dan Post larva udang windu (Penaeus monodon F) di 5 hatchery yang ada di Kota Tarakan.

Kata Kunci : Karakterisasi, Bakteri Vibrio sp, Udang Windu

Daftar Link


DISTRIBUSI TAMBAK KOTA TARAKAN

BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT-TM

(The Distribution of Rearing Pond District Tarakan Intepretation Based Citra landsat-TM)

JIMMY CAHYADI

Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo

Jl. Amal Lama No.1, Gedung E, Kota Tarakan, Kaltim. Telp (0551) 5507023

Email : jimmy_lova2006@yahoo.com

jim.borneo@gmail.com

Pulau Tarakan yang menurut geografis terletak antara 3o14’ - 3o25’ Lintang Utara dan 117o38’ Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai 657,33 km2 yang terdiri dari daratan seluas 250,80 km2 (38,15%) dan lautan seluas 406,53 km2 (61,85%). Sedangkan menurut administrasi Pulau Tarakan terletak di bagian utara Kalimantan Timur yang berdekatan dengan Negara Malaysia, Brunei, dan Philipina.

Kondisi tersebut di atas menjadikan Kota Tarakan memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis baik dalam lingkup propinsi, nasional, maupun internasional. Kondisi ini pulalah yang menjadikan Kota Tarakan menjadi kota tumpuan harapan dan menjadi sasaran menimba rezeki bagi para pendatang. Suburnya pertumbuhan ekonomi Tarakan juga mempengaruhi lingkungan dan ekosistem sebagai penopang ketersediaan sumberdaya alam, khususnya pemanfaatan lahan yang semakin tidak menyisakan ruang gerak bagi ekosistem untuk dapat merehabilitasi dirinya. Konversi lahan yang paling menyolok ialah perubahan pemanfaatan lahan hutan mangrove menjadi lahan tambak, hingga pada saat ini nampak fenomena dimana tambak yang kurang produktif diubah menjadi lahan permukiman atau industri.

Masalah tersebut harus menjadi kajian utama dan prioritas dalam strategi pengelolaan wilayah pesisir, dimana apabila masalah tersebut dibiarkan atau dikelola dengan tidak bijaksana, maka bukan mustahil kekayaan hayati yang dulunya menjadi suatu kebanggaan akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak cucu kita nantinya.

Hingga saat ini, penambahan luas lahan tambak dengan mengkonversi lahan mangrove sudah pada tingkat yang sangat kritis, dimana perbandingan antara luas lahan tambak yang dibuka dengan lahan mangrove yang tersisa sangat jauh. Hal ini diperparah dengan semakin besarnya pula kebutuhan lahan permukiman penduduk. Pertambahan jumlah penduduk dengan permukimannya secara otomatis juga menambah beban pada lingkungan, khususnya buangan limbah domestik.

Kondisi yang telah berada pada titik kritis ini tentu saja memerlukan penanganan dan pengelolaan yang tepat, dimana dengan pengelolaan dan manajemen yang tepat, maka akan menambah umur dari kesuburan lingkungan, khususnya Pulau Tarakan. Pengelolaan yang dimaksud adalah tata letak penggunaan lahan (land use) yang tepat dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, budaya local, serta tinjauan ekologis yang berkelanjutan.

Strategis pengelolaan wilayah pesisir haruslah meliputi langkah-langkah yang tersistematika dengan baik, dimana sebagai langkah awal yang harus dilakukan ialah dengan menginventarisir luasan dan sebaran tambak yang telah ada sekarang, kemudian selanjutnya ditentukan bentuk penanganan dan pengolahan lahan yang terbaik berdasarkan kaidah-kaidah konservasi dan kontinuitas.

Namun yang menjadi kendala dalam upaya inventarisir tambak secara manual ialah waktu yang lama dibutuhkan dalam menghitung luasan serta akurasi distribusi tambak yang kurang tepat. Kendala ini diperparah dengan banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk menangani kegiatan inventarisir tersebut.

Teknologi alternative penginderaan jauh (remote sensing) mampu meminimalisir kendala tersebut di atas. Dengan langkah interpretasi citra yang menampilkan warna semu sebagai refleksi dari fenomena alam yang ditangkap, maka distribusi tambak tersebut dapat ditentukan dan digambarkan dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh optik seperti citra satelit landsat TM sangat menunjang kegiatan ini. Obyek tambak dengan pola khusus serta kandungan substrat lumpur yang khas memberikan kenampakan pada citra yang sangat kontras, spesifik, dan mudah dikenali serta mudah dibedakan dengan obyek hutan mangrove, darat maupun obyek-obyek liputan lahan yang lain.